09.40

Ujung Kulon Aset Negara yang Berharga

Diposting oleh Yorri Farli
Pada hari itu selasa tanggal 12 mei 2009, saya beserta teman-teman rombongan mahasiswa jurnalistik angkatan 2006 Fisip Untirta dan para dosen berjumlah sekitar 35 orang melakukan perjalanan menuju Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Cimanggu, Pandeglang, Banten.
Perjalanan menuju Taman Nasional Ujung Kulon menggunakan Bis kebanggaan mahasiswa Untirta dengan sopir Nur Alam atau yang biasa disapa ‘Mang Nur’ dan panitia juga membawa 3 orang yang dijadikan pemandu dari UKM Mapalaut Untirta, yang mana anak Mapalaut sudah akrab dengan medan yang berat.
Tepat pukul 10.00 WIB dari kampus Untirta Serang, saya berseta rombongan berangkat menuju Balai Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Labuan untuk terlebih dahulu mendaftarkan diri agar dapat masuk kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. dimana sebelumnya saya dan rombongan diberikan sambutan kecil dan pelepasan dari ketua jurusan program studi ilmu komunikasi yaitu Ibu Rahmi Winangsih didepan Fakultas Fisip.
Sampai di Balai Taman Nasional Ujung Kulon, saya dan rombongan memasuki museum dan menyaksikan presentasi yang dilakukan oleh Pak Andre salah satu pegawai di Balai tersebut. Dengan memakan waktu 3 jam berangkat dari Serang rombongan beristirahat sejenak, makan siang dan menunaikan ibadah sholat dzuhur di Balai serta berfoto bersama dengan para dosen yaitu Pak Burhan, Pak Idi, dan Ibu Asri.
Target kedua perjalanan saya dan rombongan ialah Desa Taman Jaya. Desa tersebut merupakan salah satu pintu masuk Taman Nasional Ujung Kulon. Perjalanan memakan waktu sekitar 4 jam. Perjalanan menuju Desa Taman Jaya melewati Kecamatan Sumur, Cigeulis, dan Cigorondong dengan banyak kondisi jalan yang rusak, yang membuat bis menjadi miring ke kanan dan ke kiri, yang sebelumnya kami juga mendapatkan pemandangan tepi pantai panimbang yang cukup indah. Perjalanan juga melewati banyak beberapa rumah warga yang mana lambat laun semakin sedikit ketika akan memasuki Desa Taman Jaya.
Sebelum matahari tertidur, kami sampai di Resort pertama Legon Pakis tempat para polisi hutan berjaga. Malam ini kami bermalam dan tidur di teras luar beralasakan tikar dan benner yang memanjang bagaikan seperti barak pengungsian penduduk. Setelah antri mandi sore dan makan malam, obat anti nyamuk malaria dan lotion kami gunakan untuk mencegah dari serangan nyamuk yang berbahaya itu. Malam yang sunyi, celoteh-celoteh dan banyolan membuat malam menjadi santai, sahut-sahutan banyolan membuat semua teman tertawa. Malam semakin larut, kami semua pun tertidur dan berperang melawan nyamuk ditemani rembulan dan bintang yang menerangi tidur malam kami.
Pagi hari dengan udara yang cukup segar sehabis sarapan, kami pun berangkat menuju target kedua yaitu Resort Karang Ranjang. Hari itu Kang Dedi dan Kang Oman menjadi saudara kami untuk menemani perjalanan menuju Karang Ranjang. Jarak tempuh menuju Pos 2 dari Resort pertama sekitar 10 km. Rute perjalanan kami melewati persawan, desa, banyaknya pohon kelapa, hutan bakau dan hutan kayu. Medan yang relatif datar membuat perjalanan tidak terlalu sulit, walapun beban tas di ransel masih cukup berat.
Baru berjalan sekitar 3 km, kami sudah memasuki hutan dan melewati muara sungai yang airnya sedang pasang dengan kondisi jembatan yang sangat memprihatinkan. Satu-persatu dengan perlahan kami melewati jembatan dari bambu yang diikat dengan kawat. Sambil menunggu teman menyebrangi sungai, kami sempatkan untuk berfoto bersama setelah melalui jembatan tersebut.
Semua rombongan terkumpul setelah melewati jembatan yang cukup mengerikan. Perjalan kami lanjutkan melewati pesisir pantai dan dihalau banyak pohon tumbang dengan ditemani suara gemuruh ombak yang membuat hati mengucap Asma Allah.
Dengan melakukan perjalanan yang cukup melelahkan, kami memutuskan untuk beristirahat di pesisir pantai sekitar 20 menit dan kami manfaatkan untuk mengisi tenaga untuk melajutkan perjalanan kembali. Perjalanan dengan jalan setapak memasuki hutan dan mulai menyempit kami lalui dengan sangat hati-hati, suara burung berkicau membuat perjalan menjadi santai.
Rintangan kedua kami lewati kembali dengan menyebrangi anak sungai dengan jembatan sebatang pohon yang cukup kuat dan melewati lumpur dengan kedalaman 3cm jika diinjakannya.
Dari Pos 1 Desa Taman Jaya saya dan teman-teman masih banyak yang menggunakan sandal, karena sebelumnya telah diberi tau Kang Dedi, bahwa perjalanan akan melewati air dan lumpur. Kemudian semua disyaratkan Kang Dedi agar memakai sepatu setelah menyebrangi anak sungai, karena jalan setapak ditengah hutan akan cukup mengganggu perjalanan. Dimana medan perjalanan akan cukup berat, seperti banyaknya pohon dan ranting yang tumbang dapat merobek kulit kaki jika tersandung, dan kami pun bertemu kembali dengan desiran ombak pantai yang cukup kencang.
Setelah berjalan menyisir pantai, kami benar-benar tidak akan berjalan kembali melewati pesisir pantai disebelah utara, karena kami akan masuk berjalan membelah hutan yang mencekam untuk menuju Pos 2 Karang Ranjang. Perjalanan didesak rasa takut dan santai tertanam dihati, karena jalur yang kami lalui juga dilintasi oleh Badak bercula. Rasa ingin dan takut bertemu Badak tertanam dipikiran. Tetapi selama perjalanan menuju Karang Ranjang, kami tidak bertemu dengan Badak, walaupun perasaan terobati ketika kami melintasi bekas jejak Badak yang sudah sekitar satu minggu.
Sekitar 4 km lagi menuju Karang Ranjang, kami memutuskan untuk beristirahat kembali dengan beralaskan dedaunan yang dipotong Kang Oman.
Kloter pertama, saya sampai di Resort Karang Ranjang dan langsung besandar memandang ombak besar pantai selatan yang berada tepat di depan teras Resort yang lumayan cukup bagus dan bersih untuk penginapan malam hari, dan rasa lelah pun menjadi terobati.
Mengganti pakaian yang kotor setelah melewati beberapa medan yang cukup menantang adrenalin, makan siang dan bermain di pantai ialah waktu yang pas.
Mandi di sumur air tawar yang cukup bersih, lalu memandang ke pantai dengan derasnya ombak yang mencekam dan menanti malam yang sunyi sepi.
Makan malam bersama-sama, dengan roti dan kopi susu menjadikan badan terasa lebih hangat dengan memandang kembali hutan gelap yang kosong di depan teras diterangi dengan terbanganya kunang-kunang yang menyala.
Malam semakin larut, kami pun tidur kembali dengan beralaskan tikar dan benner diruang tamu menggunakan lampu tempel. Malam cukup mencekam dengan turunya hujan dan bunyi ombak yang kencang dengan ditemani suara musik yang merdu membuat tidur terasa lebih rileks.
Pagi hari dengan udara yang cukup dingin dengan masih turunya hujan dari malam hari, membuat perjalanan pulang tertunda. Dan kami sempatkan berbincang-bincang santai dengan kepala Resort Pak Hermadi dan Pak Darian ahli Camera Trap. Tentunya ini akan dapat menambah pengetahuan saya tentang Taman Nasional Ujung Kulon.
Hujan reda, semua rombongan bergegas merapihkan barang-barang. Momen yang tidak boleh terlewatkan adalah dengan berfoto bersama. Dan kami beruntung dapat berbincang-bincang dipagi hari dan bermalam bersama dengan para petugas yang kebetulan sedang patroli.
Berpamitan dengan Kepala Resort dan petugas ialah suatu hal yang patut kita lakukan, kerena dengan keramahtamahan para petugas membuat kami menjadi segan dan sangat berterimakasih kepadanya.
Perjalanan pulang tepat pada pukul 10.00 WIB. Dan tidak lupa kami sempatkan bersama-sama untuk membaca doa terlebih dahulu.
Memasuki jalan setapak yang mulai licin akibat turunyanya hujan tadi malam membuat perjalanan pulang menjadi ekstra hati-hati. Jalan setapak yang licin lambat laun tergenangi oleh air hujan yang mencapai kedalaman 3-5cm, dan terpaksa sepatu yang saya gunakan harus menceburkan ke dalam genangan air.
Diperjalalan saya berpapasan serta bersalaman dengan mahasiswa dari UNAS Jakarta. Perjalanan pulang kami istirahat hanya 2 kali, ditengah hutan dan sebelum menyebrangi jembatan ke dua sambil bercanda gurau dengan para dosen dan memakan makanan kecil sambil mengumpulkan tenaga.
Menyebrangi jembatan pertama, kami bertemu dengan warga dan anak-anak sedang mencari kayu bakar dan sedang berenang di tepi sungai.
Satu-persatu saya dan rombongan menyebrangi jembatan, dan saya sempatkan untuk memfoto anak-anak dan Pak Burhan yang sedang hati-hati menyebrangi jembatan yang diikat dengan bambu tersebut.
Rasa lelah bercampur aduk ingin cepat sampai kembali menuju Pos 1 Desa Taman Jaya sudah ada dibenak. Istirahat, mandi, dan makan siang langsung saya lakukan ketika sampai pos 1 di Desa Taman Jaya.
Kembali menuju kampus tak lupa saya, teman-teman, Pak Idi dan Ibu Asri membeli cinderamata berupa ukiran patung Badak bercula satu yang di jual oleh Kang Dedi. Berpamitan kepada para polisi hutan tak lupa kami sempatkan dan mengucapakan terimakasih. Pulang dengan ekstra hati-hati karena akan melewati kembali banyak jalan yang rusak dan banyak tergenang air. Canda gurau serta teriakan teman-teman di dalam Bis membuat suasana menjadi ramai. Bis berhenti sejenak untuk minum kopi dan makan mie ayam di warung milik warga di daerah kecamatan Sumur, Pandeglang.
Di daerah kecamatan Sumur, Bis kami mengalami kerusakan kecil, sampai mogok beberapa kali, tetapi masih dapat berjalan walaupun tersendat-sendat sampai akhirnya benar-benar mogok di daerah Saketi, Pandeglang. Ternyata mesin Bis masuk air, kata Mang Nur. Satu-persatu, teman-teman turun Bis sampai menuju kampus tercinta.
Jalan-jalan ke Taman Nasional Ujung Kulon memang sangat menyenangkan, menantang adrenalin, dan tidak akan terlupakan dengan segala keindahan alamnya yang terpampang. Dan semua itu harus ditebus dengan perjuangan berat walupun saya dan rombongan tidak sampai pulau Peucang yang katanya sangat indah pemandanganya.
Esok hari, kami semua harus kembali menuju ke dunia nyata. Ke kampus, belajar seperti biasa, ke kantin, nongkrong bersama teman-teman yang memang terkadang menjenuhkan pikiran. Rutinitas di kota harus kembali dijalani demi menyambung hidup.
Selamat tinggal Ujung Kulon, selamat tinggal Badak bercula satu yang tidak saya jumpai. Mungin inilah perjalanan saya yang terakhir dan mudah-mudahan dapat kembali melanjutkan perjalanan ke tempatmu Badak bercula dan dapat berjumpa denganmu. (yorridjorkaef@yahoo.com)

0 komentar:

Posting Komentar